···
YOUR CART
Place Your Order

feature   >   news


Pemerintah Australia Memperingatkan pada Pembukaan Berbatasan 2021 karena Dampak Ekonomi yang Semakin Dalam

Posted by Cristine Devi Claudia / 0 Comments

Pemerintah Australia Memperingatkan pada Pembukaan Berbatasan 2021 karena Dampak Ekonomi yang Semakin Dalam

 

Kekurangan waktu? Berikut beberapa sorotannya:

  • Para tenaga pendidik Australia akan menghadapi selama berminggu-minggu, jika tidak berbulan-bulan dari penutupan perbatasan internasional yang tetap tertutup bagi mahasiswa internasional.
  • Ribuan perkerjaan universitas telah hilang sejauh ini, dan kerugian pendapatan telah mencapai miliaran sebagai akibat dari pembatasan terkait pandemi
  • Pemerintah tidak akan mengatakan kapan perbatasan internasional akan dibuka kembali tetapi memperingatkan bahwa pembukaan kembali sepenuhnya mungkin tidak akan terjadi di tahun 2021.
  • Menteri Pendidikan Alan Tudge mengatakan bahwa pemerintah terbuka dengan ide-ide dari pemerintah negara bagian yang bekerja sama dengan para tenaga pendidik terkait bagaimana mahasiswa internasional dapat diterbangkan dengan aman dan dikarantina dalam beberapa bulan mendatang.

Tahun akademik yang baru di Australia mulai pada bulan Maret, dan hal ini biasanya merupakan bulan yang seru dan sibuk karena ribuan mahasiswa internasional akan mengerumuni sekolah-sekolah dan kampus untuk memulai perjalanan pendidikan mereka. Akan tetapi dengan hanya beberapa minggu lagi yang tersisa, para tenaga pendidik Australia di berbagai sektor mengalami kehilangan harapan bahwa mahasiswa asing akan dapat terbang ke negara tersebut untuk memulai kelas. Pemerintah federal tidak akan mengatakan kapan perbatasan akan dibuka untuk mahasiswa-mahasiswa ini dan berkata bahwa jawabannya tergantung pada penyebaran vaksin di Australia serta di negara-negara asal.

Sementara itu, para tenaga pendidik Australia di semua sektor mengalami kehilangan staf dan miliaran dolar. Beberapa di antaranya sedang mengembangkan kemampuan kampus online dan cabang dengan pesat untuk terus mendaftarkan mahasiswa internasional yang terlantar di luar negerim tetapi tidak semua memiliki sarana untuk melakukannya dan tidak semua mahasiswa internasional tertarik pada pembelajaran dari luar negeri atau online dibandingkan dengan bepergian ke Australia untuk pengalaman di kampusnya.

Para Asosiasi Bersatu

Sekolah bahasa Inggris sekarang melaporkan kerugian yang signifikan: terdapat penurunan 42% dalam permulaan YTD untuk mahasiswa bahasa pada bulan November 2020 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. Sayangnya, bulan November juga ditandai dengan penurunan terbesar pada tahun 2020 untuk permulaan ELICOS.

Pada bulan Januari, English Australia berkolaborasi dengan the International Education Association of Australia (IEAA), the Independent Tertiary Education Council Australia (ITECA), dan the Independent Higher Education Association Australia (IHEA) dalam upaya advokasi yang mendesak pemerintah untuk mengakui nilai sektor tersebut bagi negara serta seberapa rentannya sektor tersebut karena pandemi dan perbatasan yang tertutup.

Salah satu komunikan grup kepada pemerintah, CEO English Australia Brett Blacker menjelaskan “meminta ketentuan tanggal indikatif untuk kembalinya mahasiswa internasional pada tahun 2021 dan bagi Kabinet Nasional untuk memberikan beberapa pesan positif bahwa, Australia adalah negara tujuan studi yang aman dan ramah dan bertekad untuk mengizinkan mahasiswa internasional untuk segera kembali belajar setelah situasi menjadi aman untuk melaksanakannya.”

Kerugian Universitas Meningkat

Penutupan perbatasan yang terus berlanjut semakin memperburuk kesulitan keuangan yang sudah dirasakan oleh universitas dan staf mereka sepanjang tahun 2020. Minggu ini, Universitas Australia mengumumkan bahwa kehilangan pekerjaan universitas berjumlah 17.300 pada tahun 2020, dan pendapatan turun sebesar 1,8 miliar dolar Australia (1,4 miliar dolar AS) dibandingkan dengan tahun 2019. Kerugian senilai 2 miliar dolar Australia lainnya diproyeksikan untuk tahun 2021.

Teresa Tjia, an honorary fellow di institute LH Martin di Universitas Melbourne mengatakan kepada Times Higher Education bahwa kehilangan pekerjaan pada tahun 2020 sebenarnya hampir dua kali lipat dari angka 17.300 ketika staf universitas berstatus honorer yang telah kehilangan pekerjaan mereka juga dihitung: dalam kategori ini, perkiraannya adalah yang mengalami kehilangan pekejaan telah mencapai sekitar 36.000 orang.

Sebagai perbandingan, dampak ini jauh lebih buruk daripada kerugian terkait pandemi yang dilaporkan pada sektor universitas di Inggris: THE melaporkan bahwa di negara tersebut, “3000 staf dipecat antara 1 Maret dan 20 September tahun ini oleh 104 universitas yang menanggapi [survei oleh platform pendidikan Edvoy].

Pembatasan perbatasan Inggris sejauh ini masih kurang extensive dibandingkan dengan yang ada di Australia, tetapi situasi COVID negara tersebut juga jauh lebih buruk daripada di Australia. Saat artikel ini ditulis, kurang dari 1000 orang telah meninggal karena COVID di Australia, sementara di Inggris, kematian telah melampaui 108.000 orang.

Bersiap menghadapi pemulihan selama bertahun-tahun

Kepala eksekutif Universitas Australia Catriona Jackson mengatakan bahwa kerusakan pada sektor pendidikan tinggi Australia tidak akan terbatas pada tahun 2020 dan 2021:

“Dengan berlanjutnya penutupan perbatasan berarti universitas harus menghadapi pukulan ganda yaitu lebih sedikit mahasiswa yang kembali pada tahun 2020, dan berkurangnya jumlah pada tahun 2021. Dampak kumulatif tidak hanya akan dirasakan pada tahun 2021 dan 2021, tetapi untuk tahun-tahun mendatang.”

Tahun lalu, Universitas Australia memproyeksikan kerugian finansial hingga 16 miliar dolar Australia untuk universitas nasional hingga tahun 2021 (11,2 miliar dolar AS).

Meskipun Bu Jackson menggarisbawahi berartnya kehilangan pekerjaan dan pendapatan, dia juga memuji pemerintah atas dukungan yang signifikan dari kapabilitas R&D universitas:

“Perguruaan tinggi menyambut baik suntikan 1 miliar dolar Australia untuk penelitian yang diumumkan pemerintah pada bulan Oktober tahun lalu. Hal tersebut adalah pengakuan penting bahwa pekerjaan di masa depan diciptakan oleh R&D, dan bahwa universitas merupakat pusat dari pemulihan nasional.”

Betapapun mengesankan keunggulan penelitian dan investasi Australia, beberapa ahli sekarang mengatakan bahwa penutupan perbatasan yang berkelanjutan dapat berdampak jangka panjang, atau bahwa permanen, pada pangsa pasar mahasiswa internasional Australia -  yang sebelum pandemi, telah bersiap akan kemungkinan melewati Inggris di posisi nomor 2 setelah Amerika Serikat.

Pembukaan akan Bergantung Pada Sejumlah Faktor

Pemerintah federal tidak memberikan batas waktu kapan siswa interasional akan diizinkan memasuki Australia. Dalam wawancara radio berita ABC baru-baru ini, Menteri Pendidikan Alan Tudge tidak memberikan harapan palsu kepada para pemangku kepentingan universitas, dengan mengatakan bahwa pemulihan yang signifikan dari sektor pendidikan internasional hanya akan mungkin terjadi setelah vaksin COVID didistribusikan secara efektif ke seluruh penduduk Australia.

Namun, Tudge menyarankan bahwa setelah vaksin disebarkan, pemulihan kemungkinan akan berlangsung dengan cepat: “"Jika pelaksanannya efektif, hal tersebut akan membuat perbedaan yang besar dan universitas dapat mulai mendaftarkan ribuan mahasiswa asing lagi."

Meskipun Tudge mengingatkan bahwa pemulihan masih masih jauh dan menyatakan bahwa fasilitas karantina saat ini tidak mampu menampung mahasiswa internasional dalam jumlah besar, dia juga mengatakan bahwa ada beberapa kemungkinan mahasiswa internasional dapat datang ke Australia lebih cepat.

Yaitu:

  • Dia mengisyaratkan bahwa ada ruang untuk negosiasi mengenai kapan mahasiswa internasional dapat kembali: “Kami terbuka untuk melihat semua opsi, tetapi kami meminta para penyedia pendidikan untuk bekerja dengan pemerintah negara bagian, membuat rencana mereka, mendapatkan persetujuan dari kepala petugas medis negara bagian mereka, dan kemudian memberikannya kepada kami."
  • Dia menyarankan bahwa ada kemungkinan bahwa jika mahasiswa di negara asal telah divaksinasi dengan aman, maka mereka tidak perlu dikarantina: "Namun, saya akan mengatakan bahwa yang memberi saya sedikit harapan adalah jika vaksin itu efektif dan bahkan meskipun vaksinnya hanya disebarkan sebagian di beberapa negara asal utama, dan jika mahasiswa tersebut telah divaksinasi, maka mereka berpotensi untuk datang ke Australia tanpa harus dikarantina. ”

Selama tahun 2020, ada sejumlah pilot yang direncanakan untuk menerbangkan siswa internasional kembali ke Australia, tetapi sejauh ini sebagian besar telah ditangguhkan atau ditunda berdasarkan batasan kesehatan masyarakat dan perjalanan saat ini.

Jika beberapa mahasiswa internasional pada akhirnya diizinkan masuk pada tahun 2021, hal tersebut pastinya memerlukan pengecualian atas aturan saat ini yang memprioritaskan warga negara Australia yang kembali dalam bidang potensi kedatangan internasional. Brendan Murphy, sekretaris kesehatan Australia, mengatakan bahwa kemungkinan tidak akan sampai tahun 2022 perbatasan internasional negara tersebut akan dibuka kembali sepenuhnya.

Pemerintah Melakukan Peningkatan Pendanaan

Dalam wawancara radio berita ABC, Tudge juga mengatakan bahwa pemerintah federal telah mendukung universitas dalam meningkatkan dan mengembangkan model penyaluran pendidikan online mereka untuk menarik dan mendaftarkan mahasiswa internasional di negara asal mereka, dan karena jumlah mahasiswa internasional menurun, pemerintah telah mengeluarkan miliaran dolar untuk menciptakan 30.000 tempat baru bagi mahasiswa domestik.

Universitas Monash adalah universitas terbesar di Australia, dan telah dengan cepat mengurangi dampak dari hilangnya mahasiswa internasional di kampusnya. Seorang juru bicara mengatakan kepada The Guardian,

“Kami telah memperkenalkan beberapa inisiatif baru untuk mendukung mahasiswa kami, termasuk pengenalan penerimaan bulan November secara online perdana kami untuk tahun 2020 bagi program studi sarjana dan pascasarjana di bidang subjek tertentu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Selain itu, kami berencana untuk menggunakan jaringan kampus cabang internasional kami di Malaysia, Suzhou, dan Prato untuk memberikan bagian dari pengalaman mahasiswa secara langsung kepada mahasiswa internasional di lokasi tersebut. Kami telah membangun alat dan platform online yang baru, termasuk dalam ujian online, dan mengubah cara penyampaian banyak layanan selain pengajaran ."

Namun, tidak setiap universitas memiliki sumber daya atau pengaturan sebaik Monash, dan beberapa universitas regional yang lebih kecil berada dalam masalah yang lebih besar karena kemampuan mereka yang lebih terbatas. Bahkan institusi yang lebih besar mengalami masalah dalam menarik cukup banyak mahasiswa baru untuk belajar online sementara perbatasan ditutup.

Innovative Research Universities (IRU), sebuah kelompok yang mencakup tujuh universitas, mengatakan bahwa meskipun siswa yang saat ini terdaftar bersedia melanjutkan studi mereka secara online, "mereka tidak digantikan oleh banyak mahasiswa baru."

"Universitas biasanya akan mendapatkan 80.000 mahasiswa pendidikan tinggi lainnya memasuki Australia pada pertengahan tahun, tetapi pada tahun 2020 semester kedua datang dan pergi tanpa pendatang baru dan lebih sedikit siswa yang memulai secara online."

Karena sektor ini terhambat dari dampak ditutupnya perbatasan, para pemangku kepentingan bertanya-tanya bagaimana pendidikan tinggi Australia dapat bergerak maju dan beradaptasi sedemikian rupa sehingga mahasiswa internasional masih ingin memilih Australia daripada tujuan lain. Ketua Universitas Australia, Profesor Deborah Terry, mengatakan kepada The Guardian,

“Pendidikan internasional adalah sesuatu yang Australia lakukan jauh di atas bobotnya. Kami sedang mempersiapkan mahasiswa kami - baik internasional maupun domestik - untuk menjadi bagian dari tenaga kerja global. Pada saat yang sama proses belajar mengajar dan sifat pekerjaan berubah. Orang-orang harus meningkatkan keterampilan dan re-skill lebih banyak dari generasi sebelumnya. Dalam beberapa tahun ke depan kita perlu memikirkan seperti apa pendidikan internasional di masa depan. Bagaimana Australia terus memainkan peran utamanya di bidang itu? ”

Pendidikan internasional telah menyumbang dengan total 37,6 miliar dolar Australia dalam perekonomian pada tahun 2019 dan merupakan ekspor berbasis jasa terbesar di Australia.

 

Sumber

BestPartner

Best Partner is Education Consultant with best solution and support

PLEASE CONTACT
US AT
0895-3227-49819
PLEASE CONTACT US AT
0895-3227-49819